Satgas Penanganan Covid 19 Telantarkan Pasien Terkonfirmasi Positif Covid

ROTE NDAO. pena-emas.com. Satgas Penanganan Covid 19 Kabupaten Rote Ndao dinilai telantarkan pasien terkonfirmasi Covid 19 Versi RSUD Baa – Rote Ndao, Martha Eritha Mbuik Warga Desa Modosinal Kecamatan Rote Barat Laut – Kab. Rote Ndao – Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Hal ini dituturkan oleh Buce Giri suami Martha Eritha Mbuik yang diVonis terkonfirmasi Covid oleh RSUD Baa Pasca gagal di operasi penyakit Kista yang diderita korban dengan alasan positif Covid 19 saat di konfirmasi Senin (26/10/2020) pagi.

Bacaan Lainnya

Kepada Media ini Buce Giri mengatakan, sebagai Suami pasien. Dirinya merasa kalau isterinya yang divonis positif Covid d

 

itelantarkan oleh Satgas Penanganan Covid 19 hingga memilih tinggalkan Rumah Sususn Ne,e Tempat Isolasi Pemerintah daerah Kabupaten Rote Ndao di Desa Sanggaoen Kecamatan Lobalain akibat Isterinya Pingsan karena tidak berikan makan minum sejak di isolasi pada Kamis (22/10) hingga Jumat (23/10).

Suami Martha Eritha Mbuik. Buce Giri saat diKonfirmasi (26/10) Ia menuturkan kronologis pasca divonis isterinya terkonfirmasi Covid 19 terkesan aneh dan kemudian dibiarkan hingga pingsan tanpa makan minum.

Kronologisnya. Tutur Buce Giri. Isterinya sudah menderita sakit dan sering sakit pada bagian sekitar perut, kemudian sudah berulang kali berobat di RSUD Baa. sebelumnya beberapa kali datang periksa dan diagnose medis yang di peroleh sakit Ginjal kemudian berobat lalu pulang.

Sebulan kemudian sakit lagi kami kembali berobat lagi dan hasil dignosa medis katanya Infeksi pada saluran kencing lalu diberikan obat dan kami pulang. Jelasnya

Kemudian penyakit yang sama ini kembali lagi kambuh sehingga kami datang berobat di RSUD. Pihak medis di UGD arahkan untuk diperiksa di Poli Bedah. Di Poli Bedah diarahkan ke Poli Kebidanan karena ada benjolan. Di poli Kebidanan untuk USG dan hasil diagnosanya adalah Penyakit Kista dan disarankan agar harus operasi.

Selanjutnya pada Selasa (13/10) Kami kembali untuk USG ulang dan hasil diagnosanya terdapat dua benjolan Kista sehingga diminta lagi oleh pihak Medis agar di operasi dan kami setujui untuk jalani operasi, dan sepakati operasi akan dilakukan pada Sabtu (18/10)

Dokter yang menangani operasi ini lalu membuat surat kepada kami untuk dibawah kembali pada Jumat (17/10). setelah makan siang datang serahkan surat ini ke bagian kebidanan untuk pemeriksaan darah dan persiapan operasi.

Pada Jumat (17/10) pukul 16:00 Wita kami datang dan menyerahkan surat tersebut kepada pihak Poli Kebidanan kemudian mendapat pelayanan pemeriksaan darah dan urin lalu hasilnya kami serahkan ke Poli kebidanan.

Malamnya sekitar pukul 21:00 wita diarahkan lagi untuk pemeriksaan darah untuk kedua kalinya.sedangkan hasilnya oleh petugas tidak memberikan kepada kami dengan alasan nanti dirinya akan menyerahkan langsung ke pihak Kebidanan.

Selanjutnya kami diarahkan ke ruang nginap dan persiapan puasadan mandi pagi karena esoknya Sabtu(18/10) dilakukan operasi Kista.

Sekitar pukul 07:00 pagi tenaga medis datang di ruangan untuk mempersiap Martha Eritha Mbuik dengan pemasangan Infus dan kateter sedang Suaminya Buce Giri mengambil obat di Apotik termasuk memberl beberapa peralatan di Apotik Kevin Rp. 85.000,- karena tidak tersedia pada apotik RSUD Baa dan rencananya operasi akan dilakukan sekitar pukul 09.00 atau 10.00 wita.

Sampai pada perkiraan waktu operasi sekitar pukul 10:00 belum juga ada tanda tanda akan dilakukan operasi sehingga pukul 11:00 wita baru kami diberitahukan bahwa operasi di tunda dengan alasan hasil pemeriksaan Laboratorium terjadi reaktif pada darah Pasien. Dan diarahkan pada penanganan Covid.

Kami lalu menanyakan kalau demikian mengapa tidak diperiksa darah dan hal Covid dulu sehingga diketahui layak operasi atau tidak tetapi saat persiapan operasi baru tertunda karena alasan tersebut namun dokter terkesan mengelak dengan jawaban kalau mau operasi maka harus periksa gula darah dulu. Katanya

Beberapa saat kemudian datang dokter Bulan yang mengarahkan kami ke Rumah Susun Ne,e untuk diserahkan pada Satgas Penanganan Covid dan pengambilan Sweb karena disana sudah ada tenaga dokter dan bidang untuk tangani pengambilan Sweb.

Sesampainya di Rumah susun Ne,e diarahkan kerunagan namun karena ruangan yang tersedia tidak bersih, kotor dan penuh debu sehingga kami tetap diluar raungan. Menunggu sampai malam baru dokter yang tangani Covid yakni dokter Fitri Messakh datang untuk Sweb.

Usai Sweb kami minta untuk kembali namun tidak ijinkan sampai besoknya Minggu (19/10) baru kami mendesak pulang karena kami tidur luar menggunakan tikar bawaan kami.apa lagi dengan penuh tanda Tanya bahwa gagal dilakukan operasi karena alasan Covid 19 tapi mengapa baru di Sweb ?
Kami tetap bersih keras untuk pulang karena merasa tidak nyaman akhirnya kami diminta menandatangi pernyataan Covid tetapi karantina mandiri di rumah selama 14 hari. Dengan terpaksa kami lakukan agar kami bisa diijinkan pulang malam itu juga.

Kamis (22/10) sekitar pukul Martha Eritha Mbuik. Isrtinya dijemput lagi oleh Petugas dari Puskesmas Busalangga 2 orang, Pol PP dan 2 orang lagi berpakain lengkap APD menggunakan ambulance Puskesmas Busalangga dengan alasan kembali menjemput Martha Eritha Mbuik karena Positif Covid.

Pada saat Martha dijemput penyakitnya kembali kambuh dan merasa sakit sekali namun dipaksakan dengan alasan nanti ditangani di Rumah Isolasi sehingga tepat pukul 14:00 Wita kami di bawah ke tempat Isolasi.

Sampai di Rumah Isolasi, Martha Eritha Mbuik, oleh petugas mengiringnya ke ruang isolagi kemudian para petugas yang jemput semuanya pulang tinggalkan kami tanpa ada tenaga medis satu pun dan pelayanan apapun tidak ada sampai pagi termasuk obat dan makan minum pun tidak.

Jumat (23/10) siangnya sekitar pukul 12: 30 wita isterinya pingsan karena selain tidak mendapat makan – minum maupun obat sejak masuk Kamis (22/10) akhir kami bantuan Kades Modosinal dan salah seorang Anggota DPRD Kabupaten Rote Ndao untuk menghubungi petugas namun karena sampai dengan sekitar pukul 15:00 wita petugas tidak datang sehingga kami pulang sendiri.

Selanjutnya sejak dari kami pulang tidak satupun dari pemerintah, Satgas maupun pihak rumah sakit datang atau bertanya sedangkan kalau positif Covid itu sangat berbahaya. Anehnya lagi kami dan keluarga tidak ada yang sakit akibat tertular Covid sebagaimana yang vonis pada isteri saya.

Dan hal ini kami merasa ditelantarkan, dirugikan dan saat ini isteri saya sedang sakit tapi sedang trauma untuk ke Rumah sakit. Kami keluarga akan menyampaikan dan membawa hal ini ke Pemerintah Propinsi dan Pusat. Kami bukan saja ditelantarkan tetapi direkayasa positif covid untuk mempermalukan kami. Tutur Buce Giri

Kepala Dinas Keshatan Kabupaten Rote Ndao. dr Suardi sebagai Kordinator Bidang IV (Bidang penanganan Kesehatan) Satgas Penanganan Covid19 Kab. Rote Ndao, dikonfirmasi Minggu (25/10/2020) malam “Hasil Swebnya dari Propinsi di kasih ke kita. Hasilnya sudah datang dari dua hari lalu. Hasil Swab itu orangnya positif. Ya positif tapi memang orangnya sehat” Ujar Suardi.

Penangan terhadap Pasien Martha yang dijemput dengan Ambulance dari Puskesmas Busalangga dan jalani karantina di rumah susun Covid 19 di Ne.e Desa Sanggaoen. Ia mengatakan, Pasien tidak mendapat pelayanan kesehatan apapun hanya untuk di isolasi sehingga pihak Kesehatan tidak dilibatkan karena yang bersangkutan dalam kondisi sehat. Tujuan di Isolasi agar tidak terjadi penyebaran pada orang lain.

“Tidak di apa – apain. Cuma di isolasi saja. makanya kita orang kesehatan tidak ikut di situ karena orangnya sehat sehat saja. Isolasi supaya tidak terjangkit pada orang lain. Kalau sakit ya kitalah yang tanganin misalnya batuk atau pilek”. Katanya.

Menurut dr Suardi. Martha yang terkonfirmasi Positif Covid 19 tersebut hanya di Isolasi karena yang bersangktan sehat sehingga paling di berikan Vit C sedangkan obat lainnya tidak. Hal ini sesuai dengan Protap Pemerintah Pusat.

“ Ya memang karantina aja. Hasil positif ya paling distu saja. kalau orangnya sehat ya nggak di apa apakan paling di kasih Vit C saja. itu kan perlu. Nggak dikasih obat apa apa protapnya pusat begitu memang”

Martha Eritha Mbuik yang kemudian di jemput kembali Keluarga karena tidak mendapat pelayanan makan – minum pasien di tempat karantina. Dr Suardi membantah kalau pihaknya tidak ikut dalam penanganan pasien dan tangani adalah pihak Pol. Pamomg Parja Kabupaten Rote Ndao.

“saya kan nggak jaga disitu kan ?. Yang jaga kan dari Pol PP. Kecuali memang ada yang sakit atau PDP maka kitong (kita) yang jaga” Ucap Suardi.

Menjawab soal yang bersangkutan dari tempat Isolasi akibat tidak diberi makan- minum sejak dibawah ke rumah sususn Ne’e 22 – 23 Oktober 2020 hingga pingsan dan dampaknya penyebaran Covid 19 di masyarakat lingkungannya. dr Suardi. Mengatakan, Kalau yang bersangkutan terkonfirmasi Positif Covid 19 namun tidak berpengaruh terhadap kesehatannya artinya Ia memiliki kekebalan tubuh yang kuat hanya ditakutkan dapat menular pada orang lain disekitarnya namun untuk soal ini dirinya tidak bisa berkomentar.

“Kalau positif dan orangnya nggak apa apa artinya orangnya kebal. Cuma takut orang lain yang tidak kebal saja yang terkena ketularan. Tapi nggak berani ngomong lebih” Katanya.

Martha E. Mbuik dan keluarga merasa masalah pihak medis menvonis terkonfirmasi positif Covid 19 atas dirinya adalah rekayasa pihak Medis pada RSUD Baa karena sebagai Pasien penderita Kista yang hendak dalam persiapan jalani operasi tiba-tiba di beritahukan sedang berstatus positif covid 19.

Jelas Martha E Mbuik saat di Konfirmasi pagi ini (26/10/2020) pukul 07: 11 Wita.Martha yang didampingi Suaminya Buce Giri menuturkan kalau mereka merasa pihak RSUD Baa mendisain dan merekaya terkonfirmasi Covid Positif atas dirinya karena Ia divonis terpapar Covid 19 tanpa ada pemeriksaan Spesimen Sweb.

“masa dong bilang beta terkonfirmasi Covid 19 sebelum ada pemeriksaan Sweb sesuai dengan cara cara pemeriksaan untuk mengetahui seseorang positif Covid. Saat itu beta sudah di atas tempat tidur dengan sudah terpasang kateter dan infus dan obat obat yang minta dibeli pun sudah dibawah ke ruang operasi dan hanya menunggu di bawah ke ruang operasi. Tiba tiba diinformasikan kalau operasi tunda karena Covid sehingga harus dibawah ke Rumah susun tempat karantina di Ne,e.” ungkap Martha.

Selanjutnya Kata Martha. Saya di bawah ke tempat Isolasi Ne’e kemudian di biarkan disana hingga malamnya baru diperiksa secara Covid dengan pemeriksaan Sweb lalu dari mana mereka tahu saya Covid sebelumnya ketika saat menunggu di operasi ?. saya dan keluarga mengutuk perlakuan ini bagi saya dan keluarga yang merasa keadaan ini direkayasa. Kita tidak tahu apa tujuan mereka di balik hal ini. Ungkap Marta.

Menurut Martha selama ini dirinya menderita sakit kista dan itu sudah di USG di Poli RSUD Baa sehingga disarankan jalani operasi, tidak ada gejala apapun yang dirinya rasakan seperti gejala gejala yang dialami oleh pasien Covid. Kalau saya terkonfirmasi Covid 19 apa tanpa pemeriksaan Covid dan jika benar maka bagaimana saya dibiarkan sedangkan Covid itu sangat berbahaya menular.

Selain itu selama sebelum di vonis terkonfirmasi Covid 19 pada (17/10/2020) hingga saat ini kami khususnnya di dalam rumah terdapat 9 orang tapi tidak satupun diperiksa atau ada gejala tertular virus tersebut. Apa lagi kalau terkonfirmasi Covid itu hasilnya dari Labotorium di RSUD Kupang jadi sejak kapan specimen Sweb itu dikirim ke Kupang sedangkan saya tidak pernah diperiksa sebelumnya. Jelas Martha penuh sejuta tanda Tanya.

Sekretaris I Satgas penanganan Covid 19 Kab Rote Ndao Drs. Jonas M Selly,MM yang dihubungi sekitar pukul 13:29 Wita dan Kordinator Bidang III Satgas penanganan Covid 19 Kab Rote Ndao Untung Harjito saat di konfirmasi via telp (26/10/2020) sekitar pukul 10:30 wita keduanya tidak dapat dimintai penjelasannya karena sambungan telpon sedang tidak aktif.
(memo/tim).

Tetap Terhubung Dengan Kami:

Pos terkait